Saturday, May 14, 2016

Orangutan Sumatra

Hewan endemik Pulau Sumatra
Orangutan Sumatra
Orangutan Sumatera atau Pongo abelii adalah jenis orangutan yang hidup di hutan Sumatra maka termasuk hewan endemik dari Pulau Sumatra, namun sekarang hanya ditemukan di hutan-hutan Sumatra bagian tengah dan utara saja. Terdapat sekitar 13 daerah populasi orang utan di Sumatra. Diketahui pada tahun 1800 hewan primata ini masih ditemukan hidup di hutan-hutan di Jambi dan Sumatera Barat (lebih selatan atau luas dari sebaran saat ini). Populasi saat ini tersebar hanya dibeberapa titik saja yaitu Bukit Lawang (dijadikan sebagai suaka margasatwa dan Taman Nasional Gunung Leuser, ada populasi kecil di provinsi Sumatera Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba tapi hanya ditemukan dua areal habitat.
Survei pada tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di habitat alam liar. Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser yang terbagi atas beberapa blok yaitu blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat, dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi. Upaya pelestarian primata ini lewat program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru. Sementara di luar habitat alaminya, di kurungan, banyak kebun binatang dan taman satwa di luar habitat alami yang tertarik pada orangutan.
Orangutan Sumatra lebih menggemari pakan buah-buahan dan terutama juga serangga berbeda jika dibandingkan dengan Orangutan Kalimantan. Buah yang digemari termasuk buah beringin dan nangka. Selain itu primata ini juga memakan telur burung dan vertebrata kecil. Orangutan Sumatra lebih suka tinggal di pohon daripada sepupunya dari Kalimantan; hal ini mungkin karena adanya pemangsa seperti harimau Sumatra. Dengan lengannya hewan ini bergerak dan bergelantungan dari pohon ke pohon.
Bergelantungan dengan lengan dari pohon ke pohon
Orangutan di hutan Sumatra

Orangutan Sumatra mempunyai sifat lebih sosial dibandingkan dengan orangutan Kalimantan. Primata ini senang berkumpul dalam jumlah yang banyak saat makan buah di pohon beringin. Orangutan jantan dewasa umumnya menghindari kontak dengan jantan dewasa lain. Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan dewasa. Sementara jantan sub-dewasa akan berusahauntuk kawin dengan betina manapun, meskipun mungkin mereka gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan mudah menolaknya.
Umumnya jangka waktu kelahiran orangutan Sumatra lebih panjang dibandingkan jangka waktu kelahiran pada orangutan Kalimantan dan merupakan rerata jangka waktu terlama di antara primata besar. Orangutan Sumatra mulai melahirkan saat mereka berusia sekitar 15 tahun. Bayi orangutan akan tinggal dan hidup dekat induknya hingga usia tiga tahun. Bahkan setelah itu, anaknya masih akan berhubungan dengan induknya. Orangutan ini bisa hidup beberapa puluh tahun; bahkan panjang umurnya bisa melebihi 50 tahun.

Ciri-ciri Fisik

Panjang tubuh primata ini adalah antara 1,25 meter sampai 1,5 meter. Bobot badan orangutan dewasa betina sekitar 30-50 kilogram, sementara jantan sekitar 50-90 kilogram. Bulu-bulunya berwarna coklat kemerahan. Kebalikan dari orangutan Borneo, orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan.

Kelompok

Orangutan jantan dewasa bersifat penyendiri sementara para betina sering dijumpai bersama anaknya di hutan. Rata-rata setiap kelompok terdiri dari 1-2 orangutan mempunyai luas daerah jelajah sekitar 2-10 kilometer yang banyak bertumpang tindih dengan kelompok lain tergantung pada ketersediaan buah di hutan. Setelah melewati umur tiga setengah tahun, anak orangutan akan berangsur-angsur mandiri dari induknya setelah kelahiran anak yang lebih kecil. Orangutan Sumatera betina mulai berproduksi pada usia 10-11 tahun, dengan rata-rata usia reproduksi sekitar 15 tahun.

Pola Makan

Kebanyakan makanan orangutan adalah buah-buahan seperti mangga, durian, nangka, leci dan buah ara, selain itu mereka memekan juga pucuk daun muda, serangga, kulit pohon dan kadang-kadang telur serta vertebrata kecil. Mereka mendapatkan air dari buah-buahan tetapi selain iru juga dari lubang-lubang pohon. Orangutan Sumatera diketahui dapat menggunakan potongan ranting untuk mencungkil dan mengambil biji buah. Hal ini menunjukkan tingkat intelegensi yang lebih tinggi pada orangutan Sumatera.

Penurunan dan Hilangnya Habitat

Hilangnya habitat hutan yang menjadi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal dan illegal logging, kebakaran hutan dan perburuan, mengancam kelangsungan hidup primata ini. Habitat orangutan di Sumatera berkurang dengan sangat cepat. Di Sumatera Utara, diperkirakan luas tutupan hutan telah berkurang dari sekitar 3,1 juta hektar di tahun 1985 menjadi 1,6 juta hektar pada 2007. Sebaran orangutan di masa yang lalu diperkirakan hingga ke Sumatera Barat sangat berkurang sehingga saat ini penyebaran orangutan di habitat aslinya hanya terdapat di Aceh dan Sumatera Utara serta areal pembiakan orangutan di perbatasan Jambi dan Riau.
Orangutan adalah hewan yang dilindungi oleh hukum di Indonesia sejak 1931, namun perdagangan liar orangutan dengan tujuan dijadikan hewan peliharaan merupakan salah satu ancaman terbesar bagi satwa langka ini. Konflik antara orangutan dan manusia akibat adanya pembukaan hutan alam untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit di habitat atau wilayah jelajah orangutan juga mengakibatkan penurunan jumlah orangutan.


Menurut IUCN, dalam periode 75 tahun terakhir populasi orangutan Sumatera sudah mengalami penurunan mencapai 80%.  Saat ini populasi orangutan Sumatera diperkirakan hanya tersisa sekitar 6.500-an ekor (Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan, Dephut 2007) dan dalam IUCN Red List edisi tahun 2002, orangutan Sumatera dikategorikan sudah sangat terancam kepunahan (Critically Endangered). WWF juga terlibat secara aktif dalam pengembangan Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan yang dirilis oleh Presiden RI tahun 2007.  WWF juga bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melindungi lansekap hutan yang tersisa di Bukit Tiga Puluh dan Jambi di mana lansekap tersebut juga merupakan areal introduksi orangutan Sumatera di alam.


EmoticonEmoticon