Saturday, May 14, 2016

Badak Sumatera atau Dicerorhinus Sumatrensis

Badak Sumatera dalam bahasa Latin disebut dengan Dicerorhinus Sumatrensis adalah salah satu spesies badak yang dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). DisebutBadak Sumatera karena memang lingkungan hidupnya ada di Pulau Sumatera. Dengan bentuk dan ukurannya, Badak sumatera (Sumatran rhino)  merupakan spesies badak terkecil di dunia dan menjadi satu dari lima spesies badak di dunia yang masih bertahan dari kepunahan selain badak jawa,  badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika.

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti badak lainnya di dunia, semakin langka untuk ditemui dan terancam mengalami kepunahan. Diperkirakan populasi badak dengan ciri memiliki cula dua ini hanya kurang dari 200 ekor saja. Oleh IUCN Redlist  memasukkan badak sumatera  (Sumatran rhino) dalam daftar status konservasi critically endangered (kritis; CE).

Badak sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering disebut juga sebagai hairy rhino karena salah satu cirinya adalah memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak lainnya. Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) rat-rata mencapai panjang tubuh antara dua hingga tiga meter dengan berat tubuh sekitar 600-950 kilogram. Tinggi satwa langka badak sumatera dewasa ini berkisar antara 120-135 cm.

Selain badak sumatera jenis binatang khas sumatra yang sudah langka adalah gajah sumatra, silahkan baca disini.
Lingkungan Hidup Badak Sumatera.

Habitat atau lingkungan hidup badak sumatera badalah mulai dari hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan namun umumnya binatang langka ini lebih suka tinggal di hutan bervegetasi lebat. Satwa langka bercula dua ini lebih sering terlihat di hutan-hutan sekunder pada dataran rendah yang mempunyai air, tempat berteduh, dan pohon-pohon yang menjadi sumber makanan yang tumbuh rendah. Yang menjadi makanan pokok badak sumatera adalah buah-buahan terutama mangga liar dan fikus, daun-daunan, ranting-ranting kayu dan kulit kayu.

Badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis adalah termasuk satwa penjelajah yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil  namun lebih suka hidup secara soliter atau menyendiri. Sering turun ke daerah dataran rendah untuk mendapatkan tempat yang kering saat cuaca yang cerah. Pada cuaca panas binatang ini lebih suka berada di hutan-hutan yang adanya di atas bukit dan biasanya dekat air terjun.



Populasi Badak Sumatera.

Badak sumatera diketahui sebelumnya hidup dan menyebar di wialayah yang luas mulai dari Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Malaysia. Namun saat ini diperkirakan badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis telah punah dibayak tempat yang disebutkan di atas dan hanya menyisakan di Indonesia dan Malaysia. Sehingga saat ini populasi badak sumatera semakin langka. langka. Menurut data IUCN Redlist pada tahun 1997 populasi badak bercula dua ini berkisar antara 220-275 ekor. Bahkan menurut International Rhino Foundation (Virginia) pada tahun 2010 diperkirakan populasi badak sumatera tidak mencapai 200 ekor.

Catatan lokasi populasi Badak Sumatera adalah sebagai berikut:

  • Di Sumatra populasi badak sumatera terkonsentrasi di Taman Nasional Bukit Barisan  dengan jumlah antara 60-80 ekor,
  • Taman Nasional Gunung Lauser (60-80 ekor),
  • TN. Way Kambas (15-25 ekor), dan
  • Taman Nasional Kerinci Seblat (diperkirakan telah punah).
  • Di Sabah Malaysia diperkirakan memiliki populasi berkisar antara 6-10 ekor.
  • Sedangkan populasi di Kalimantan hingga sekarang belum teridentifikasi.
Salah satu binatang khas Sumatra
Badak Sumatra


Mengingat tingkat populasi badak sumatera sudah seperti ini maka wajar jika kemudian IUCN Redlist memasukkan badak sumatra dalam status konservasi critically endangered (kritis) yang merupakan satu tingkat di bawah status konservasi punah. Status konservasi critically endangered ini diberikan kepada badak sumatera sejak 1996. Selain itu, badak sumatera juga terdaftar dalam CITES Apendiks I sejak tahun 1975. CITES Apendiks I berarti badak sumatera dilindungi secara internasional dari segala bentuk perdagangan.


Penurunan Populasi Badak Sumatera

Penurunan populasi badak sumatera  atau Dicerorhinus sumatrensis disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan habitat dan praktek perburuna liar. Penurunan populasi badak sumatera saat ini disebabkan karena berkurangnya habitat tempat badak sumatera hidup dan berkembang akibat deforestasi hutan dan kebakaran hutan. Pada tahun-tahun terakhir sering ada laporan munculnya badak sumatera  ini ke dalam daerah pemukiman warga dan perkebunan. Ini artinya lingkungan hidup mereka sudah semakin terdesak.
Hal berikutnya yang menjadi penyebabnya adalah oleh perburuan liar untuk mengambil cula dan anggota tubuh lainnya. Walaupun praktek perburuan liar ditengarai tidak pernah terjadi lagi dalam kurun sepuluh tahun terakhir, namun masih ada resiko praktek perburuan ini dilakukan secara gelap.


Upaya Penangkaran

Oleh pemerintah dilakukan berbagai upaya untuk melestarikan binatang langka, termasuk badak sumatera dilakukan di Taman Nasional Way Kambas. Upaya ini menunjukkan harapan baru dengan adanya badak yang hamil di sini. Ratu, seekor badak sumatera betina berusia 9 tahun dipastikan hamil di Penagkaran di Taman Naional Way Kambas. Kehamilan badak dalam penangkaran yang merupakan pertama kali dalam kurun 112 tahun ini memberikan sedikit harapan bagi pengembangan penangkaran badak sumatera dan badak jawa di Indonesia. Lokasi Taman Nasional Way kambas ini bisa dicapai lewat Lintas Sumatera tepatnya di Lintas Timur Sumatera.

Sepasang badak sumatra di penangkaran Way Kambas
Badak Sumatra di Penangkaean Way Kambas
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Perissodactyla; Famili: Rhinocerotidae. Genus: Dicerorhinus; Spesies: Dicerorhinus sumatrensis


Referensi: http://www.iucnredlist.org; Gambar: http://www.arkive.org; sains.kompas.com


EmoticonEmoticon